Mungkin Kita Tak Lebih Baik Darinya

Tak ada manusia yang sempurna dan maksum dari kesalahan dan kekhilafan kecuali Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Begitupula teman, sahabat dan pasangan hidup. Jika mencari yang sempurna, maka kau bakal sendiri dan menjomblo sepanjang usia.

 

Seperti atsar yang diriwayatkan oleh Fudhail bin Iyadh rahimahullahu,

 

مَنْ طَلَبَ أَخًا بِلاَ عَيْبٍ بَقِيَ بلاَ أَخٍ

“Siapa mencari teman tanpa cela, ia bakal sendiri selamanya.” [Raudhatul ‘Uqala, Ibnu Hibban; Syu’abul Iman, Imam Al-Baihaqi; Al-Arba’un ‘ala ath-Thabaqat, Al-Maqdisi].

 

Jangan sibuk dengan cela orang lain, sementara kita lupa dengan aib sendiri. Bak kata pepatah, Kuman di seberang lautan tampak, sementara gajah di pelupuk mata tak kelihatan.

 

Persis nasihat emas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits yang mauquf shahih dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,

يبصر أحدكم القذاة في أعين أخيه، وينسى الجذل- أو الجذع – في عين نفسه

التخريج : أخرجه ابن المبارك في ((الزهد)) (212)، وابن حبان (5761)، وأبو نعيم في ((حلية الأولياء)) (4/99)

“Salah seorang dari kalian dapat melihat kotoran kecil di mata saudaranya tetapi dia lupa akan kayu besar yang ada di pelupuk matanya.” (HR. Ibnu Mubarak di dalam Az-Zuhd: 212, Ibnu Hibban: 5761, Abu Nu’aim di dalam Hilyatul Aulia: 4/99).

 

Untuk yang pernah tergoda mencela dan merendahkan saudaranya, ingat nasehat Abdullah Al-Muzani rahimahullahu,

 

إن عرض لك إبليس بأن لك فضلاً على أحد من أهل الإسلام فانظر، فإن كان أكبر منك فقل قد سبقني هذا بالإيمان والعمل الصالح فهو خير مني، وإن كان أصغر منك فقل قد سبقت هذا بالمعاصي والذنوب واستوجبت العقوبة فهو خير مني، فإنك لا ترى أحداً من أهل الإسلام إلا أكبر منك أو أصغر منك

 

“Jika iblis membisikkanmu bahwa engkau lebih mulia dari saudara muslimmu, maka perhatikanlah. Jika ia lebih tua darimu, maka katakan pada nuranimu, “Dia telah lebih dahulu beriman dan lebih banyak amal shalihnya dariku, maka tentu ia lebih baik dariku.”

Jika orang itu lebih muda darimu, katakan pada nuranimu, “Aku telah lebih dulu bermaksiat dan berlumuran dosa serta lebih pantas mendapatkan siksa dibanding dirinya, maka tentu ia lebih mulia dariku.”

Demikianlah sikap yang seharusnya engkau perhatikan ketika engkau melihat yang lebih tua atau yang lebih muda darimu.” [Hilyatul Aulia wa Thabaqatul Ashfiya, Abu Nu’aim Al-Ashbahani, 2/226).

 

Hormati kerabat muliakan sahabat, karena kita belum tentu lebih baik dibanding mereka. Orang berakal akan senantiasa memperhatikan aibnya sendiri, tidak sibuk mencari-cari aib cela orang lain.

 

Ibnu Hibban (270-354 H) rahimahullahu berkata,

والعاقل لا يخفى عليه عيب نفسه، لأن من يخفى عليه عيب نفسه خفيت عليه محاسن غيره، وإن من أشد العقوبة للمرء أن يخفى عليه عيبه

“Orang yang berakal tidaklah samar melihat aibnya sendiri.. siapa yang tidak mengetahui aib dirinya, dia tidak akan mampu mengetahui kebaikan orang lain..

Sungguh, termasuk hukuman terberat bagi seseorang ialah dia tidak mengetahui aib yang dia miliki..” (Raudhatul ‘Uqala, Ibnu Hibban, 22).

 

Tawadhu dan rendahkan hati di hadapan manusia. Pepatah Melayu bertutur, “Ikut resmi padi. Makin tunduk makin berisi. Jangan sesekali ikut resmi lalang, makin tumbuh makin menjulang.”

 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِيْ قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ 

“Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi.”  [HR. Muslim].

 

Allah ta’ala memuji orang yang selalu rendah hati. Allah ta’ala berfirman,

وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا

 

“Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata baik (yang mengandung) keselamatan.” [QS. Al-Furqaan: 63].

 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menegaskan bahwa orang yang tawadhu semata-mata karena Allah ta’ala akan ditinggikan derajatnya. Beliau bersabda,

 

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ

“Sedekah tidak akan mengurangi harta. Tidaklah Allah menambahkan kepada seorang hamba sifat pemaaf melainkan akan semakin memuliakan dirinya. Dan juga tidaklah seseorang memiliki sifat tawadhu (rendah hati) karena Allah, melainkan Allah akan meninggikannya derajatnya.” [HR. Muslim].

 

Semoga kita menjadi pribadi-pribadi yang tawadhu, senantiasa memuliakan orang lain, dan tidak memandang rendah siapapun. Amin.

 

Ust. Ardiansyah Ashri Husein, Lc., M.A

0 Comments

Leave a Comment

Login

Welcome! Login in to your account

Remember me Lost your password?

Lost Password