Hukum Shalat Qabliah dan Ba’diah Jumat?

Assalamualaikum. Ustadz, apa hukum shalat Qabliah dan Ba’diah Jumat, apakah disunnahkan? Mohon berkenan menjelaskan berdasarkan pandangan ulama empat Madzhab. Terimakasih.

 

Wa’alaikumussalam warahmatullah wabarakatuh

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,

 

Seluruh ulama sepakat bahwa shalat Ba’diah Jumat hukumnya sunnah. Sebagaimana uraian Syaikh Nuh Ali Salman al-Qudhat (1939-2010 M) rahimahullahu, salah seorang ulama terkemuka negeri Syam, dalam fatwanya di Darul Ifta Yordania bahwa para ulama telah bersepakat tentang sunnahnya shalat Ba’diah Jumat. Beliau menyatakan,

 

اتفقت المذاهب الأربعة على أن للجمعة سنة بعدية، وحجتهم في ذلك قول النبي صلى الله عليه وسلم: (إذا صلى أحدكم الجمعة فليصل بعدها أربع ركعات) .

“Para ulama empat madzhab sepakat bahwa shalat Jumat disyariatkan shalat Ba’diyah. Antara hujjah para ulama adalah sabda Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Apabila salah seorang kalian telah melakukan shalat Jumat, maka shalatlah setelahnya empat rakaat.”

 

Kesepakatan ini bisa kita temukan dalam kitab al-Ikhtiyar (1/228), Al-Istidzkar (2/630), Asy-Syarh Ash-Shaghir (1/511), Al-Minhaj Imam An-Nawawi (1/70), Mughni al-Muhtaj (1/220), Al-Kafi (1/302), Nailul Ma’arib (1/70).

 

Syaikh Athiyyah Shaqr (1914-2006 M) rahimahullahu, mantan ketua komisi Fatwa Al-Azhar Mesir, juga menegaskan hal serupa dalam fatwanya di Kementerian Wakaf Mesir,

 

صلاة النافلة بعد صلاة الجمعة لم يُختلف فى أنها مندوبة وراتبة للجمعة كراتبة الظهر لقول النبى صلى الله عليه وسلم ” إذا صلى أحدكم الجمعة فليصل بعدها أربع ركعات ” رواه مسلم . ولقول عبد الله بن عمر : كان النبى صلى الله عليه وسلم لا يصلى بعد الجمعة حتى ينصرف من المسجد إلى بيته فيصلى فيه ركعتين . رواه البخارى . وابن عمر كان إذا صلى فى المسجد صلى أربعا وإذا صلى فى بيته صلى ركعتين رواه أبو داود .

 

“Tidak ada perbedaan di kalangan ulama bahwa shalat sunnah ba’diyah Jumat adalah sunnah yang mengikuti shalat Jumat, seperti shalat Sunnah Rawatib Zhuhur. Hal ini sebagaimana sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘‘Apabila salah seorang kalian telah melakukan shalat Jumat, maka shalatlah empat rakaat setelahnya. (HR. Muslim).

 

Selain itu juga berdasarkan perkataan Abdullah bin Umar, bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak melakukan shalat setelah Jumat sehingga beliau meninggalkan masjid dan pulang ke rumahnya, dan beliau akan shalat dua rakaat di rumahnya. (HR. Al-Bukhari). Dan sesungguhnya Abdullah bin Umar melakukan shalat sunnah sebanyak empat rakaat jika melakukannya di masjid, dan menunaikannya sebanyak dua rakaat jika melakukannya di rumah. (HR. Abu Daud).”

 

Adapun shalat Qabliah Jumat, ada khilaf di kalangan ulama.

 

Jumhur (mayoritas) ulama berpendapat bahwa shalat Qabliah dan Ba’diah Jumat hukumnya mustahab (disunnahkan). Hal ini sebagaimana uraian Syaikh Wahbah Az-Zuhaily (1932-2015) rahimahumallahu dalam al-Fiqh Al-Islamy wa Adillatuhu,

 

صلاة أربع ركعات قبل الجمعة  وأربع بعدها كالظهر مستحب عند الجمهور

“Shalat sunnah empat rakaat sebelum dan sesudah shalat Jumat seperti dalam shalat Zhuhur hukumnya mustahab (disunnahkan) menurut Jumhur (mayoritas) ulama.” (Al-Fiqh Al-Islamy wa Adillatuhu, Syaikh Wahbah Zuhaily: Darul Fikr Al-Mu’ashir, 2/1326).

 

Syaikh Nuh Ali Salman al-Qudhat (1939-2010 M) rahimahullahu merinci pendapat para ulama empat madzhab dengan menyatakan,

 

فقد قال الحنفية والشافعية أن سنة الجمعة القبلية كسنة الظهر القبلية، وقتاً وعدداً. وقال المالكية: يكره لشخص يُقتدى به – كعالم – التنفل عند الأذان الأول، لا قبله، لجالس في المسجد، لا داخل؛ خوف اعتقاد العامة وجوبه، أما عند الأذان الثاني فحرام، لكن هذا أيضاً في حق من يقتدى به من العلماء وولاة الأمور .وقال الحنابلة: ليس للجمعة سنة راتبة قبلها، بل يستحب أربع ركعات على وجه النفل المطلق.

“Ulama Madzhab Hanafi dan Syafi’i berpendapat bahwa shalat Qabliah Jumat hukumnya sunnah sebagaimana shalat sunnah Qabliah Zhuhur baik dari aspek waktu maupun jumlah rakaatnya. Sementara ulama Madzhab Maliki berpandangan, makruh hukumnya bagi seorang alim yang menjadi panutan umat melakukannya setelah azan pertama karena khawatir orang awam menganggapnya sesuatu yang wajib. Adapun setelah azan kedua hukumnya haram. Hal ini berlaku bagi para ulama dan pemimpin. Adapun ulama Madzhab Hanbali berpandangan bahwa tidak ada shalat Qabliah Jumat secara khusus. Namun disunnahkan melakukan shalat sunnah empat rakaat sebelum shalat Jumat sebagai shalat sunnah mutlak.”

 

  • Di antara dalil yang menjadi sandaran sunnahnya shalat Qabliah Jumat adalah sebagai berikut,

 

  1. Hadits yang diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu,

 

جاء رجل والنبي صلى الله عليه و سلم يخطب الناس يوم الجمعة، فقال أصليت يا فلان؟ قال “لا” قال “قم فاركع ركعتين”.

“Suatu ketika seorang laki-laki datang saat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tengah berkhutbah pada hari Jumat, kemudian beliau berkata “Apakah kamu sudah melaksanakan shalat wahai fulan?, Lalu dia menjawab “belum”, Rasulullah pun berkata “Berdirilah dan shalatlah dua rakaat! [HR. Al-Bukhari].

 

 

  1. Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,

 

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ سُلَيْكٌ الغَطَفَانِيُّ وَرَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُ فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَصَلَّيْتَ رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ أَنْ تَجِيْءَ؟ قاَلَ لاَ. قَالَ فَصَلِّ رَكْعَتَيْنِ وَتَجَوَّزْ فِيْهِمَا. سنن ابن ماجه

“Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a. berkata: Sulaik al-Ghathafani datang ke masjid, saat itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang berkhutbah. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya: Apakah kamu sudah shalat sebelum datang ke sini? Sulaik menjawab: Belum. Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam bersabda: Shalatlah dua raka’at dan ringankan saja (jangan membaca surat panjang-panjang).” [HR. Ibnu Majah].

 

Jumhur ulama menyimpulkan bahwa shalat yang dimaksudkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah shalat sunah Qabliah Jumat, bukan shalat Tahiyyatul Masjid, karena tidak mungkin shalat tahiyyatul masjid dikerjakan di rumah atau di luar masjid.

 

  1. Hadis yang diriwayatkan dari Nafi’ radhiyallahu ‘anhu,

 

عن نافع قال كان ابن عمر يطيل الصلاة قبل الجمعة ويصلى بعدها ركعتين فى بيته ويحدث أن رسول الله صلى الله عليه وسلم كان يفعل ذلك.

“Dari Nafi’, berkata “Ibnu Umar biasa memanjangkan shalatnya sebelum shalat Jumat, dan beliau melakukan shalat sunnah setelahnya dua rakaat di rumahnya, dia mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga melakukan yang demikian itu.” [HR. Abu Daud].

 

  1. Hadis yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,

 

عن أبى هريرة قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم “إذا صلى أحدكم الجمعة فليصل بعدها أربعا”.

Dari Abi Hurairah ia berkata “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda “Jika salah seorang dari kalian telah menunaikan salat Jumat, maka hendaklah ia shalat empat rakaat setelahnya.” [HR. Muslim].

 

Imam An-Nawawi rahimahullahu juga menegaskan tentang sunnahnya shalat Qabliah Jumat ini di dalam al-Majmu’. Beliau menjelaskan,

 

فَرْعٌ فِيْ سُنَّةِ الجُمْعَةِ بَعْدَهَا وَقَبْلَهَا. تُسَنُّ قَبْلَهَا وَبَعْدَهَا صَلاَةٌ وَأَقَلُّهَا رَكْعَتَانِ قَبْلَهَا وَرَكْعَتَانِ بَعْدَهَا. وَالأَكْمَلُ أَرْبَعٌ قَبْلَهَا وَأَرْبَعٌ بَعْدَهَا

“Penjelasan tentang sunnahnya shalat Qabliah dan Ba’diah Jumat. Disunnahkan shalat sunnah sebelum dan sesudah shalat Jumat. Paling sedikit dua rakaat sebelum dan sesudah shalat Jumat. Namun yang paling sempurna adalah shalat sunnah empat rakaat sebelum dan sesudah shalat Jumat.” (Al-Majmu’, Imam An-Nawawi, DKI, 5/12).

 

  • Adapun dalil yang menjadi sandaran ulama yang berpendapat tidak disunnahkannya shalat Qabliah Jumat, di antaranya:

 

 

  1. Hadits dari Abdullah bin Umar radhiyallahu’anhu,

 

صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَجْدَتَيْنِ قَبْلَ الظُّهْرِ وَسَجْدَتَيْنِ بَعْدَ الظُّهْرِ وَسَجْدَتَيْنِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ وَسَجْدَتَيْنِ بَعْدَ الْعِشَاءِ وَسَجْدَتَيْنِ بَعْدَ الْجُمُعَةِ

“Aku shalat bersama Nabi dua rakaat sebelum Zhuhur, dua rakaat setelah Zhuhur, dua rakaat sesudah Maghrib dan dua rakaat setelah Isya’ serta dua rakaat setelah Jumat.” [HR. Al-Bukhari].

 

Sisi pendalilan dari hadits ini adalah tidak disebutnya shalat Qabliah Jumat, sehingga disimpulkan bahwa tidak disunnahkannya shalat Qabliah Jumat.

 

  1. Hadits dari As-Saib bin Yazid,

 

قال كان النداء يوم الجمعة أوله إذا جلس الإمام على المنبر على عهد النبي صلى الله عليه وسلم وأبي بكر وعمر رضي الله عنهما فلما كان عثمان رضي الله عنه وكثر الناس زاد النداء الثالث على الزوراء قال أبو عبد الله الزوراء موضع بالسوق بالمدينة.

“Pada awalnya, adzan Jumat dilakukan pada saat imam berada di atas mimbar yaitu pada masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu bakar dan Umar radhiyallahu ‘anhuma. Namun pada masa Utsman, saat manusia semakin banyak maka Utsman bin Affan menambah adzan menjadi tiga kali (termasuk iqamat). [HR. Al-Bukhari].

 

Menguatkan pendapat tidak disunnahkannya shalat Qabliah Jumat, Ibnu al-Qayyim rahimahullahu berkata,

 

وكان إذا فرغ بلال من الأذان، أخذ النبي صلى الله عليه وسلم في الخطبة ولم يقم أحد يركع ركعتين البتة، ولم يكن الأذان إلا واحدا، وهذا يدل على أن الجمعة كالعيد لا سنة لها قبلها، وهذا أصح قولي العلماء، وعليه تدل السنة، فإن النبي صلى الله عليه وسلم كان يخرج من بيته، فإذا رقي المنبر أخذ بلال في أذان الجمعة، فإذا أكمله أخذ النبي صلى الله عليه وسلم في الخطبة من غير فصل، وهذا كان رأي عين فمتى كانوا يصلون السنة؟!

Jika Bilal selesai mengumandangkan adzan, lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memulai khutbah Jumat. Tidak ada satu pun sahabat yang berdiri mendirikan shalat dua rakaat sama sekali. Dan tidak pula adzan dikumandangkan kecuali satu kali saja. Hal ini menunjukkan bahwa shalat Jumat itu seperti shalat ‘Id yang tidak didahului dengan salat sunah qabliah.

 

Inilah pendapat yang paling tepat dari dua pendapat ulama dan juga pendapat yang didukung oleh sunnah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar dari rumahnya, dan ketika beliau naik mimbar, Bilal langsung mengumandangkan adzan Jumat. Jika adzan selesai, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sllam memulai khutbah tanpa ada jeda sama sekali. Ini tentu terlihat jelas dengan mata kepala langsung. Jika begitu, lantas kapan mereka melakukan shalat Qabliah Jumat?” (Zaadul Ma’aad, Ibnu Al-Qayyim Al-Jauziyyah, 1/417).

 

Kesimpulannya, hal ini adalah masalah khilafiyah di kalangan ulama. Antara pendapat Jumhur (mayoritas) ulama yang menyatakan shalat Qabliah Jumat adalah sunnah dan sebagian yang lainnya menyatakan tidak disunnahkan. Kita boleh memilih salah satu dari dua pendapat yang ada, dengan tetap saling menghormati pendapat masing-masing. Kita tentu menghindari sikap saling mengingkari dan menyalahkan pendapat orang lain pada masalah-masalah khilafiyah yang masih diperdebatkan. Seperti kaidah fiqih yang dinyatakan Imam As-Suyuthi (1445-1505 M) rahimahullah sebagai salah satu kaidah dalam fiqih yang digunakan ulama,

لا ينكر المختلف فيه وإنما ينكر المجمع عليه

“Tidak boleh mengingkari perbedaan dalam perkara yang masih diperdebatkan. Yang harus kita ingkari adalah perbedaan dalam perkara yang sudah disepakati.” (Al-Asybah wa Al-Nazhair li Al-Suyuthi: 158).

 

Wallahu A’la wa A’lam

Ust. Ardiansyah Ashri Husein, Lc., M.A

2 Comments

  • dwi Reply

    September 23, 2022 at 6:37 am

    Hatur nuhun ustadz atas pencerahannya

    • Admin ShariaConsulting Reply

      October 12, 2022 at 3:55 am

      Sami2. Baarakallahu fik

Leave a Comment

Login

Welcome! Login in to your account

Remember me Lost your password?

Lost Password