Hari Tarwiyah itu adalah satu hari sebelum hari Arafah, yaitu tanggal 8 Dzulhijjah. Ini seperti penjelasan Ibnu Manzhur rahimahullahu. (Lisanul Arab, Ibnu Manzhur, Darul Hadits Al-Qahirah, 4/310).

Mengapa dinamakan Tarwiyah?

Ibnu Manzhur (630-711 H) menjelaskan bahwa penamaan Tarwiyah berasal dari kata Tarawwa, artinya mencari air. Ini karena jamaah haji biasanya “mengisi perbekalan air” mereka di Mina. Bahkan jauh sebelum Ibnu Manzhur menjelaskan hal di atas, Syaikh Ibnu Qudamah (541 – 620 H) rahimahullahu telah menjelaskan hal serupa. Beliau menyatakan,

يَوْمُ التَّرْوِيَةِ: الْيَوْمُ الثَّامِنُ مِنْ ذِي الْحِجَّةِ. سُمِّيَ بِذَلِكَ لِأَنَّهُمْ كَانُوا يَتَرَوَّوْنَ مِنْ الْمَاءِ فِيهِ، يُعِدُّونَهُ لِيَوْمِ عَرَفَةَ. وَقِيلَ: سُمِّيَ بِذَلِكَ؛ لِأَنَّ إبْرَاهِيمَ – عَلَيْهِ السَّلَامُ – رَأَى لَيْلَتئِذٍ فِي الْمَنَامِ ذَبْحَ ابْنِهِ، فَأَصْبَحَ يَرْوِي فِي نَفْسِهِ أَهُوَ حُلْمٌ أَمْ مِنْ اللَّهِ تَعَالَى؟ فَسُمِّيَ يَوْمَ التَّرْوِيَةِ، فَلَمَّا كَانَتْ لَيْلَةُ عَرَفَةَ رَأَى ذَلِكَ أَيْضًا، فَعَرَفَ أَنَّهُ مِنْ اللَّهِ تَعَالَى، فَسُمِّيَ يَوْمَ عَرَفَةَ، وَاَللَّهُ أَعْلَمُ.

“Hari Tarwiyah adalah hari ke 8 Dzulhijjah. Di namakan Tarwiyah karena jamaah haji yang mulai mengisi perbekalan air mereka sebagai persiapan menyambut hari Arafah. Adapula yang menyatakan bahwa asal muasal Tarwiyah itu adalah karena Nabi Ibrahim ‘alaihissalam bermimpi di dua malam berturut-turut dia diperintahkan untuk menyembelih puteranya. Pagi harinya beliau bertanya-tanya kepada dirinya tentang kebenaran mimpi itu, apakah benar dari Allah ta’ala atau hanya mimpi semata? Lalu malam berikutnya beliau masih mengalami mimpi yang sama. Dari mimpi yang berulang-ulang itu, Nabi Ibrahim -‘arafa- (tahu, paham, yakin) bahwa mimpi itu adalah benar-benar merupakan perintah dari Allah. Inilah asal muasal penamaan Arafah (yaitu dari kata ‘arafa). Wallahu a’lam.” (Al-Mughni, Ibnu Qudamah, Ad-Dar al-‘Alamiyyah, 3/413-414).

Ust. Ardiansyah Ashri Husein, Lc., M.A