Fadhilat Membangun Masjid

Membangun masjid adalah perbuatan mulia yang mendapat ganjaran besar dari Allah ta’ala, karena menjadi wasilah kebaikan kaum muslimin dapat mendirikan shalat. Berikut ini hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menjelaskan tentang fadhilat membangun masjid.

 

  1. Membangun masjid akan dibangunkan untuknya rumah di Surga

 

 وَمَنْ بَنَى لِلهِ مَسْجِدًا بَنَى اللهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ  

“Barangsiapa membangun masjid karena Allah maka Allah akan membangunkan untuknya istana di surga.” [HR. al-Bazzar].  

 

Hadits senada juga terdapat dalam riwayat Muslim, ath-Thabrani, ad-Darimi, Ibnu Majah, al-Baihaqi dan at-Tirmidzi.

 

  1. Membangun masjid termasuk amal jariah yang terus mengalir pahalanya

Masjid adalah tempat beribadah kaum muslimin, salah satu sarana amal jariah, tempat kebaikan dan amal shalih yang terus mengalir pahalanya. Terlibat dalam pembangunan Masjid, artinya berinvestasi untuk kebaikan akhirat yang pahalanya tak pernah putus. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

 

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak yang shaleh.” [HR. Muslim].

 

Secara lebih spesifik lagi, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengabarkan tentang pahala membangun masjid yang terus-menerus mengalir,

 

إِنَّ مِمَّا يَلْحَقُ الْمُؤْمِنَ مِنْ عَمَلِهِ وَحَسَنَاتِهِ بَعْدَ مَوْتِهِ عِلْمًا عَلَّمَهُ وَنَشَرَهُ وَوَلَدًا صَالِحًا تَرَكَهُ وَمُصْحَفًا وَرَّثَهُ أَوْ مَسْجِدًا بَنَاهُ أَوْ بَيْتًا لاِبْنِ السَّبِيلِ بَنَاهُ أَوْ نَهْرًا أَجْرَاهُ أَوْ صَدَقَةً أَخْرَجَهَا مِنْ مَالِهِ فِي صِحَّتِهِ وَحَيَاتِهِ يَلْحَقُهُ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهِ

”Sesungguhnya di antara amalan dan kebaikan seorang mukmin yang akan menemuinya setelah kematiannya adalah: ilmu yang diajarkan dan disebarkannya, anak shalih yang ditinggalkannya, mushaf Al-Quran yang diwariskannya, masjid yang dibangunnya, rumah untuk Ibnu Sabil (musafir) yang dibangunnya, sungai (air) yang dialirkannya untuk umum, atau sedekah yang dikeluarkannya dari hartanya diwaktu sehat dan semasa hidupnya, semua ini akan menemuinya setelah dia meninggal dunia.” [HR. Ibnu Majah dan Baihaqi].

 

  1. Mendapat pahala meski hanya membangun masjid yang kecil

Pahala membangun masjid juga tidak dikhususkan untuk pembangunan masjid berukuran besar, masjid kecil dan sederhana juga mendapatkan ganjaran pahala yang sama. Disebutkan dalam hadits riwayat Imam at-Tirmidzi,

 

مَنْ بَنَى لِلهِ مَسْجِدًا صَغِيرًا كَانَ أَوْ كَبِيرًا بَنَى اللهُ لَهُ بَيْتًا فِي الجَنَّةِ  

“Barangsiapa membangun masjid karena Allah, kecil atau besar, maka Allah membangunkan baginya rumah di surga.” [HR. at-Tirmidzi].

 

Imam Ahmad bin Hanbal dan Ibnu Abi Syaibah juga meriwayatkan hadits serupa dengan redaksi sedikit berbeda,

 

مَنْ بَنَى لِلهِ مَسْجِدًا وَلَوْ كَمَفْحَصِ قَطَاةٍ لِبَيْضِهَا، بَنَى اللهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ  

“Barangsiapa membangun masjid karena Allah, meski hanya seukuran lubang tempat burung bertelur, maka Allah membangun untuknya rumah di surga.” [HR. Ahmad dan Ibnu Abi Syaibah].

 

Patungan Membangun Masjid? 

Ganjaran pahala yang besar dalam pembangunan masjid juga tidak semata-mata untuk satu orang donatur saja yang mendanai seluruh biaya pembangunan masjid, tapi siapapun yang terlibat secara kolektif baik dalam jumlah yang besar maupun kecil. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Habib Abdurrahman bin Muhammad al-Masyhur rahimahullahu,

 

لَوِ اشْتَرَكَ جَمَاعَةٌ فِي بِنَاءِ مَسْجِدٍ بُنِيَ لِكُلٍّ مِنْهُمْ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ كَمَا لَوْ أَعْتَقَ جَمَاعَةٌ عَبْداً فَإِنَّ كلُاًّ يَعْتِقُ مِنَ النَّارِ

“Jika ada sekelompok orang bergotong-royong dalam membangun masjid, maka kelak masing-masing dari mereka mendapatkan istana di surga sebagaimana satu kelompok orang bekerja sama memerdekakan seorang hamba, maka masing-masing mendapat ganjaran berupa pembebasan dari neraka.” (Habib Abdurrahman bin Muhammad Ba’alawi al-Masyhur, Bughyah al-Mustarsyidin Hamisy Hasyiyah al-Syathiri ‘ala al-Bughyah, Dar al-Minhaj, 1/482).  

 

Wallahu a’la wa a’lam

 

Ust. Ardiansyah Ashri Husein, Lc., M.A

 

0 Comments

Leave a Comment

Login

Welcome! Login in to your account

Remember me Lost your password?

Lost Password