Persahabatan Adalah Anugerah Terbesar Setelah Iman
Persahabatan adalah salah satu tema yang dibahas dalam Al-Quran. Al-Quran menyebut bahwa persahabatan atau persaudaraan adalah nikmat Allah ta’ala yang sangat besar kepada orang-orang beriman. Salah satunya adalah dalam surah Ali Imran Ayat 103. Allah ta’ala berfirman,
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu karena nikmat Allah, menjadilah kamu orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” [QS. Ali Imran/3:103].
Guru besar dalam bidang Tafsir, Syaikhul Mufassirin, Al-Imam ath-Thabari rahimahullahu dalam tafsirnya menjelaskan, “Yang diinginkan oleh Allah ta’ala dengan ayat ini ialah: Berpeganglah kalian pada agama dan ketetapan Allah yang dengan agama serta ketetapan itu Allah ta’ala telah memerintahkan agar kalian bersatu padu dalam satu kalimatul haq (kebenaran) dan tunduk pada perintah Allah Azza wa Jalla“. (Tafsir ath-Thabari, Darul Ihya At-Turast al-Arabi, IV/42).
Selanjutnya firman Allah ta’ala yang berbunyi,
وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا
“Dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu karena nikmat Allah, menjadilah kamu orang yang bersaudara.” [QS. Ali Imran/3:103].
Imam ath-Thabari rahimahullah menjelaskan, “Tafsir ayat ini ialah: Ingatlah wahai kaum Mukminin akan nikmat Allah ta’ala yang telah dianugerahkan kepada kalian! Yaitu manakala kalian saling bermusuhan karena kemusyrikan kalian; kalian saling membunuh satu sama lain disebabkan fanatisme golongan, dan bukan disebabkan taat kepada Allah Azza wa Jalla dan Rasul-Nya. (Ingatlah ketika itu!) Allah ta’ala kemudian mempersatukan hati-hati kalian dengan datangnya Islam. Maka Allah ta’ala jadikan sebagian kalian sebagai saudara bagi sebagian yang lain, padahal sebelumnya kalian saling bermusuhan. Kalian saling berhubungan berdasarkan persatuan Islam dan kalian bersatu padu di dalam Islam. (Tafsir ath-Thabari, Darul Ihya At-Turast al-Arabi, IV/45-46).
Persahabatan Aus & Khazraj
Para ulama Tafsir menjelaskan bahwa di antara bentuk persahabatan dan persaudaraan yang diceritakan dalam Al-Quran adalah persahabatan dua kabilah besar Madinah, yaitu Aus dan Khazraj. Sebelum kedatangan Islam mereka selalu saling berperang dan bermusuhan tiada henti. Bahkan mereka bisa berperang disebabkan hal-hal sepele. Namun sesudah kehadiran Islam yang dibawa Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam mereka menjadi sahabat dan bersaudara.
Imam Ibnu Katsir rahimahullah menguraikan dalam tafsirnya Tafsir Al-Quran Al-Azhim, “Konteks firman Allah ta’ala dalam surah Ali Imran, ayat 103 berkenaan dengan keadaan orang-orang Aus dan Khazraj. Sesungguhnya pada zaman jahiliyah dua kabilah itu sangat sering terlibat dalam pertempuran, permusuhan sengit, kebencian, dengki dan dendam. Karenanya mereka terperangkap dalam peperangan terus menerus tanpa berkesudahan. Ketika Allah ta’ala mendatangkan Islam, maka masuklah sebagian besar dari mereka ke dalam Islam. Akhirnya mereka hidup bersaudara, saling mencintai berdasarkan keagungan Allah Azza wa Jalla, saling menjalin ikatan berlandaskan keyakinan kepada Allah Azza wa Jalla, dan saling tolong menolong dalam ketakwaan serta kebaikan. Allah ta’ala berfirman,
هُوَ الَّذِي أَيَّدَكَ بِنَصْرِهِ وَبِالْمُؤْمِنِينَ وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ ۚ لَوْ أَنْفَقْتَ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مَا أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ
“Dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan para Mukmin. Dan Allah mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu menginfakkan segala apa yang ada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah yang mempersatukan hati mereka.” [QS. Al-Anfal/8: 62-63].
Selanjutnya makna persaudaraan ini ditegaskan pula oleh baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya,
اَلْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يَخْذُلُهُ وَلاَ يَحْقِرُهُ. اَلتَّقْوَى هَهُنَا. يُشِيْرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ : بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ، كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ وَعِرْضُهُ وَمَالُهُ. رَوَاهُ مُسْلِمٌ
“Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya. Ia tidak boleh tidak menzaliminya, merendahkannya dan tidak pula meremehkannya. Taqwa adalah di sini. – Beliau menunjuk dadanya sampai tiga kali-. (kemudian beliau bersabda lagi:) Cukuplah seseorang dikatakan buruk bila meremehkan saudaranya sesama muslim. Seorang Muslim terhadap Muslim lain; haram darahnya, kehormatannya dan hartanya.” [HR. Muslim].
Persahabatan Atas Dasar Keimanan
Persahabatan dalam Islam adalah persahabatan yang diikat dengan keimanan kepada Allah ta’ala. Oleh sebab itu persahabatan yang terjalin harus berlandaskan ketentuan Allah ta’ala dan RasulNya shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Antara ketentuan persahabatan dalam Islam sebagaimana yang disabdakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
لاَتَبَاغَضُوْا وَلاَ تَحَاسَدُوْا وَلاَ تَدَابَرُوْا وَكُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ إِخْوَاناً. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
“Janganlah kalian saling membenci, saling mendengki dan saling membelakangi. Jadilah kalian sebagai hamba-hamba Allah yang bersaudara.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim].
Hadits-hadits serupa ini sangat banyak. Dalam hadits lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
اَلْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
“Seorang mukmin bagi mukmin lainnya laksana bangunan, satu sama lain saling menguatkan.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim].
Dalam hadits riwayat Al-Bukhari ada tambahan kalimat, وَشَبَّكَ بَيْنَ أَصَابِعِهِ Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjalinkan jari jemari kedua tangannya. Ini menunjukkan begitulah idealnya persahabatan dalam Islam.
Al-Habib al-Musthafa shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh an-Nu’man bin Basyir radhiyallahu anhu,
مَثَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ فِى تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ، إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ، تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهْرِ وَالْحُمَّى. أَخْرَجَهُ الْبُخَارِي وَمُسْلِمٌ.
“Perumpamaan orang-orang mukmin satu dengan yang lainnya dalam hal saling mencintai, saling menyayangi dan saling berlemah-lembut di antara mereka adalah seperti satu tubuh. Apabila salah satu anggota badan sakit, maka semua anggota badannya juga merasa demam dan tidak bisa tidur.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim].
Semoga Allah ta’ala mempertemukan kita dengan sahabat-sahabat yang shalih yang menjadi wasilah kebaikan dan ketaatan. Amin Allahumma amin.
Allahu a’la wa a’lam
Ust. Ardiansyah Ashri Husein, Lc., M.A
Bahan Bacaan:
Tafsir Ath-Thabari
Tafsir Ibnu Katsir
Shahih Al-Bukhari
Shahih Muslim
Fathul Baari
Syarah Shahih Muslim
0 Comments