Nasehat Ulama Tentang Khidmat dan Takzim Kepada Guru
Ada setidaknya 7 nasehat penting ulama tentang Khidmat dan Takzim kepada guru,
1️⃣ اِصْبِرْ عَلَى مُرِّ الْجَفَا مِنْ مُعَلِّمٍ، فَإِنَّ رُسُوخَ الْعِلْمِ فِي نَصَائِحِهِ، وَمَنْ لَمْ يَذُقْ مُرَّ التَّعَلُّمِ سَاعَةً، تَجَرَّعَ ذُلَّ الْجَهْلِ طُولَ حَيَاتِهِ.
(ديوان الإمام الشافعي، ص ٤٢)
“Bersabarlah terhadap ketegasan seorang guru, karena kuatnya ilmu terletak pada nasihat-nasihatnya. Barangsiapa tidak mau merasakan pahitnya belajar sesaat, niscaya ia akan menelan kehinaan kebodohan sepanjang hidupnya.” (Dīwān al-Imām al-Syāfi‘ī).
2️⃣ مَنْ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ مِنْ كِتَابٍ دُونَ شَيْخٍ، زَلَّ وَأَخْطَأَ.
(الآداب الشرعية لابن مفلح، ج ٢ / ص ٤١)
Imam Ahmad berkata, “Barangsiapa belajar ilmu hanya dari kitab tanpa bimbingan guru, niscaya ia akan tergelincir dan melakukan kesalahan.” (al-Ādāb al-Syar‘iyyah, karya Ibn Mufliḥ al-Ḥanbalī).
3️⃣ يَنْبَغِي لِلطَّالِبِ أَنْ يُقَدِّمَ أَدَبَهُ عَلَى عِلْمِهِ، فَإِنَّ الْأَدَبَ هُوَ مِفْتَاحُ الْعِلْمِ وَسَبَبُ بَرَكَتِهِ.
(إحياء علوم الدين، ج 1 / ص 58)
“Seorang penuntut ilmu hendaknya mendahulukan adab sebelum ilmu, karena adab adalah kunci ilmu dan sebab keberkahannya.” (Iḥyā’ ‘Ulūm ad-Dīn, karya Imām al-Ghazālī).
4️⃣ كَانَ عِلْمُنَا هَذَا تَعْظِيمًا لِلْمُعَلِّمِ وَتَوْقِيرًا لِلسَّلَفِ.
(جامع بيان العلم وفضله لابن عبد البر، ج 1 / ص 182)
Imam Az-Zuhri berkata, “Ilmu kami ini berdiri di atas dasar penghormatan kepada guru dan pemuliaan terhadap para ulama pendahulu.” (Jāmi‘ Bayān al-‘Ilm wa Faḍlih, karya Ibn ‘Abd al-Barr).
5️⃣ لَا يَصِلُ الْعِلْمُ إِلَى قَلْبِ طَالِبِهِ إِلَّا بِأَدَبٍ وَتَوَاضُعٍ لِمُعَلِّمِهِ.
(جامع بيان العلم وفضله، ج 1 / ص 186)
Imam Ibnu Abd al-Barr berkata, “Ilmu tidak akan masuk ke dalam hati seorang penuntutnya kecuali dengan adab dan kerendahan hati kepada gurunya.” (Jāmi‘ Bayān al-‘Ilm wa Faḍlih).
6️⃣ مَنْ وَقَّرَ مُعَلِّمَهُ فَقَدْ وَقَّرَ الْعِلْمَ، وَمَنْ اسْتَخَفَّ بِمُعَلِّمِهِ ذَهَبَتْ بَرَكَةُ عِلْمِهِ.
(الآداب الشرعية لابن مفلح، ج 2 / ص 44)
Imam Sufyan Ats-Tsauri berkata, “Barangsiapa memuliakan gurunya, berarti ia telah memuliakan ilmu. Dan barangsiapa meremehkan gurunya, maka hilanglah keberkahan ilmunya.” (al-Ādāb al-Syar‘iyyah, Ibn Mufliḥ).
7️⃣ قَالَ الإِمَامُ الزَّرْنُوجِيُّ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى:
وَيَنْبَغِي لِلْمُتَعَلِّمِ أَنْ يُوَقِّرَ أُسْتَاذَهُ، وَيَخْدِمَهُ، وَيَحْتَمِلَ أَذَاهُ، وَلَا يُخَالِفَهُ فِي قَوْلٍ أَوْ فِعْلٍ، وَلَا يَتَقَدَّمَ عَلَيْهِ فِي مَشْيٍ أَوْ كَلَامٍ، وَلَا يُكْثِرَ الْكَلَامَ فِي حَضْرَتِهِ، وَلَا يُمِلَّ مِنْهُ، فَإِنَّ بَرَكَةَ الْعِلْمِ بِتَعْظِيمِ الْمُعَلِّمِ وَمُرَاعَاةِ حَقِّهِ.
(تَعْلِيمُ الْمُتَعَلِّمِ طَرِيقُ التَّعَلُّم، ص ٤٥)
Imam Az-Zarnuji rahimahullahu berkata, “Seorang penuntut ilmu hendaknya menghormati gurunya, melayaninya (berkhidmah kepadanya), bersabar atas kesulitannya, tidak menentangnya dalam ucapan maupun perbuatan, tidak berjalan atau berbicara mendahuluinya, tidak banyak bicara di hadapannya, dan tidak merasa bosan terhadapnya. Sesungguhnya keberkahan ilmu itu bergantung pada penghormatan terhadap guru dan pemeliharaan hak-haknya.” (Ta‘līm al-Muta‘allim Ṭarīq at-Ta‘allum, karya Imām al-Zarnūjī, bab “Fī Ta‘zīm al-‘Ilm wa Ahlih).
Imam al-Zarnūjī rahimahullahu mengajarkan bahwa ta’zīm (penghormatan) bukan hanya ucapan hormat, tetapi mencakup menjaga adab lahiriah seperti:
– Tidak berjalan di depan guru,
– Tidak berbicara mendahuluinya, dan
– Tidak memotong ucapannya.
Menjaga adab batin seperti tawadhu‘, ikhlas, dan sabar terhadap sikap guru, meskipun terkadang terasa keras.
Melayani guru (khidmah) adalah tanda kecintaan kepada ilmu dan bentuk pengagungan terhadap ilmu itu sendiri. Ia menegaskan bahwa “berkah ilmu” tidak datang dari banyaknya hafalan atau kecerdasan semata, melainkan dari adab dan penghormatan kepada guru.
Imam al-Zarnūjī juga menjelaskan,
مَنْ لَمْ يُوَقِّرْ أُسْتَاذَهُ لَمْ يَنْتَفِعْ بِعِلْمِهِ.
(تعليم المتعلم، ص ٤٦)
“Barangsiapa tidak menghormati gurunya, maka ia tidak akan mendapatkan manfaat dari ilmunya.”
Inti Nasehat Imam al-Zarnūjī:
- Takzīm kepada guru adalah bagian dari takzīm kepada ilmu.
- Khidmah kepada guru adalah sarana memperoleh barakah dan futūḥ (terbukanya pemahaman).
- Ilmu yang dipelajari tanpa adab kepada guru tidak akan menetap di hati, dan kehilangan keberkahannya.
Wallahu a’lam
Ust. Ardiansyah Ashri Husein, Lc., M.A
0 Comments