Dengki adalah sifat yang buruk. Akan merusak diri seseorang baik di dunia maupun di akhirat. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
إِيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ، فَإِنَّ الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ، كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ
“Jauhilah sifat hasad (dengki), karena sesungguhnya hasad itu dapat memakan kebaikan-kebaikan, sebagaimana api memakan kayu bakar.” [HR. Abu Daud dan Ibnu Majah].
Hasad dengki adalah penyakit yang paling sulit disembuhkan. Dalam Faishal al-Tafriqah, Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali mengutip sebuah syair Imam Asy-Syafi’i,
كل العداوات قد ترجى سلامتها
الا عداوة من عاداك عن حسد
Semua penyakit dapat diharapkan kesembuhannya
Kecuali kedengkian kepada seseorang adalah penyakit yang sulit dijumpai obat
Hasad bukanlah sifat seorang mukmin, ia justru karakter orang munafik yang hanya berpura-pura beriman. Abu Nu’aim mengutip pernyataan Fudhail bin Iyadh rahimahullahu di dalam Hilyatul Aulia,
المؤمن يغبط والمنافق يحسد
“Orang mukmin hanya sebatas jengkel, sementara orang munafik sampai pada tingkat hasad.”
Banyak dinukil pula oleh para ulama, bahwa orang hasad tidak boleh memimpin, atau tidak akan menjadi pemimpin yang diridhai Allah ta’ala. Sebab kepemimpinannya lebih banyak mudaratnya dibanding kemaslahatannya. Apalagi jika ia adalah seorang Da’i yang hasad, ia akan mengumpulkan sejumlah dalil untuk membenarkan syahwat hasad dengkinya.
الحسود لا يسود
“Orang yang hatinya penuh hasad, tidak akan menjadi pemimpin”.
Jika hasad menimpa para da’i, musibah besar untuk umat. Karena mereka menggunakan dalil untuk melayani syahwat hasad dengkinya. Mereka mencampur adukkan kebenaran dengan kebatilan. Allah ta’ala memberi peringatan tentang perbuatan ini,
وَلَا تَلْبِسُوا۟ ٱلْحَقَّ بِٱلْبَٰطِلِ وَتَكْتُمُوا۟ ٱلْحَقَّ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ
“Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui.” [QS. Al-Baqarah: 42].
Meski yang diungkapkan adalah dalil kebenaran, namun itu digunakan untuk tujuan yang berbeda. Seperti kata Ali bin Abi Thalib radhilayallahu ‘anhu, Kalimatu Haqqin yuraadu biha bathil. Kalimat yang benar namun digunakan untuk tujuan yang buruk.
Seperti kisah Bal’am ibn Ba’ura. Seorang yang berilmu di kalangan Bani Israil. Dalil dan hujjahnya dalam menyampaikan ilmu sangat luar biasa. Karena dia diberi pemahaman tentang Taurat. Namun dia menyalahgunakan keilmuannya demi kepentingan duniawi. Dia gunakan ilmunya bukan untuk kepentingan umat, tapi kepentingan pribadi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan kisah Bal’am ini kepada orang-orang Yahudi di Madinah sebagai pelajaran berharga bagi umat tentang kisah orang berilmu yang Allah ta’ala hinakan.
Mengapa seseorang bisa menjadi hasad?
Imam al-Ghazali rahimahullahu dalam Ihya Ulumiddin menyebut ada tujuh faktor penyebab hasad dengki,
- Al-‘Adawah (kebencian),
- Al-Kibr (kesombongan),
- At-Ta’ajjub (jumawa terhadap diri sendiri),
- Al-Khawf min Fawt almaqashid almahbubah (takut kehilangan sesuatu yang sangat diinginkan),
- Hubb al-Riyasah (gila jabatan)
- Khubts al-Nafs (jiwa yang buruk)
- Al-Bukhl al-Nafsi (jiwa yang kikir).
Apakah kita bisa berdamai dengan pendengki?
Dr. `Aidh al-Qarni menjelaskan bahwa kita tidak mungkin bisa berdamai dengan para pendengki. Menurutnya bagaimana mungkin bisa berdamai dengannya sementara Anda belum kehilangan kelebihan-kelebihan Anda. Seorang pendengki selalu menunggu kapan Anda tergelincir, dia selalu berusaha agar Anda terjatuh, bahkan dia sangat berharap Anda binasa.
Hari terindah baginya adalah ketika Anda jatuh sakit. Malam paling spesial baginya adalah ketika Anda jatuh miskin. Waktu paling bahagia baginya adalah saat Anda tertimpa musibah. Waktu yang paling utama baginya adalah tatkala ia melihat Anda bersedih dan bermuram durja. Saat paling sial baginya adalah ketika Anda tak memerlukannya. Berita paling buruk baginya adalah ketika Anda berada di posisi tinggi. Bencana terbesar baginya adalah ketika prestasi Anda semakin memuncak. Tawa Anda adalah duka baginya, hari raya Anda adalah musibah baginya. Kesuksesan Anda adalah kegagalannya.
Pendengki itu kata Dr. Aidh al-Qarni akan melupakan segala sesuatu tentang Anda kecuali kekeliruan-kekeliruan Anda. Dia tak mempedulikan apapun tentang Anda kecuali kekhilafan-kekhilafan Anda. Kesalahan Anda yang kecil adalah besar baginya melebihi bukit Uhud. Dosa kecil Anda adalah lebih berat baginya dari dua gunung. Meski Anda lebih fasih dari Suhban (seorang lelaki Arab yang dijadikan kiasan dalam kefasihan), baginya Anda lebih dungu dari Baqil (seorang lelaki Arab yang dijadikan kiasan dalam kebodohan karena tidak cakap melakukan apapun).
Meskipun Anda lebih dermawan dari Hatim (Hatim Ath-Tha’i, seorang lelaki Arab yang dijadikan kiasan dalam kedermawanan), baginya Anda lebih bakhil dari Madir (seorang lelaki Arab yang dijadikan kiasan dalam kebakhilan). Meskipun Anda lebih pintar dari Imam Asy-Syâfi`i, sesungguhnya ia melihat Anda lebih bodoh dari Habannaqah (Habannaqah Al-Qaisy, seorang lelaki yang dijadikan kiasan karena kebodohannya).
Yang memuji Anda, baginya adalah orang-orang bodoh, yang menyanjung Anda adalah orang munafik, yang membela Anda di majelisnya adalah orang lemah dan hina. Ia membenarkan orang yang mencela Anda. Ia mencintai orang yang membenci Anda. Ia mendekati orang yang memusuhi Anda. Ia membantu orang yang membenci Anda dan menentang Anda. Putih dalam pandangan Anda adalah hitam di matanya. Siang menurut Anda adalah malam baginya. Jangan jadikan ia hakim untuk menengahi masalah Anda dengan orang lain, sebab ia akan menghukumi Anda sebelum mendengar dakwaan dan keberadaan bukti. Jangan biarkan ia mengetahui rahasia Anda, sebab ambisi terbesarnya adalah memperdengarkan dan menyebarkannya. Ia akan menyimpan kesalahan Anda untuk kebutuhannya nanti. Ia akan merekam kekhilafan Anda untuk keperluannya.
Bagaimana Jalan selamat dari pendengki?
Menurut Dr. Aidh al-Qarni, tidak ada siasat lain untuk selamat darinya selain menjauhi dan berlepas diri darinya, bersembunyi dari pandangannya, menjauh dari rumahnya, dan menghilang dari sisinya. Anda lah yang paling menyakitkan dan paling menyiksa dirinya. Anda lah yang membuatnya bergadang dan menyusahkannya. Anda lah sumber kesedihan dan kegundahannya, sumber keletihan dan sakitnya. Dia adalah pelaku kezaliman yang menyamar seperti orang terzalimi. Cukuplah bagi Anda terhadap kepedihan yang dirasakannya, rasa sakit yang menderanya, rasa sedih yang menyiksanya, serta bencana yang dikecapnya.
Untuk itu, tinggalkanlah pendengki. Sebab ia membawa bencana dan musibah besar. Dan doakanlah dia. Setelah itu abaikan dia. Sebab mengabaikan adalah salah satu sifat orang-orang berakal. Dahulu ada pepatah dalam tradisi Arab, “Asy-Syaraf At-Taghaful. (kemuliaan itu adalah dengan mengabaikan perkara-perkara yang menganggu kita).”
Wallahu a’lam
Ust. Ardiansyah Ashri Husein, Lc., M.A
0 Comments