Islam Tak Mencela Kaya
Benar, agama kita tidak mencela orang kaya atau kekayaan. Yg tercela jika kaya, hanya untuk diri sendiri dan tak peduli dengan kondisi orang lain.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَن لَمْ يهتَمَّ بأمرِ المُسلِمينَ فليس منهم
“Barangsiapa yang tidak peduli dengan urusan kaum Muslimin, maka dia bukan golongan mereka.” [HR. Ath-Thabrani].
Dalam Al-Quran juga ada isyarat agar setiap mukmin menjadi kaya, dan dengan kekayaan itu ia bisa mencukupi kebutuhan keluarganya dan saat wafat keluarnya tidak lemah secara finansial. Allah ta’ala berfirman,
وَلْيَخْشَ ٱلَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا۟ مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَٰفًا خَافُوا۟ عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلْيَقُولُوا۟ قَوْلًا سَدِيدًا
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” [QS. An-Nisa: 9].
Saat menjelaskan tentang wasiat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّكَ أَنْ تَذَرَ وَرَثَتَكَ أَغْنِيَاءَ خَيْرٌ مِنْ أَنْ تَذَرَهُمْ عَالَةً يَتَكَفَّفُونَ النَّاسَ
“Sesungguhnya jika kamu meninggalkan ahli warismu kaya, itu lebih baik daripada kamu meninggalkan mereka dalam keadaan miskin sehingga mereka terpaksa meminta-minta kepada sesama manusia.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim].
Justru harta dan kekayaan menjadi energi kebaikan saat dipegang oleh orang yang shalih. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
نِعْمَ الْمَالُ الصَّالِحُ لِلرَّجُلِ الصَّالِح
“Sebaik-baik harta adalah harta yang dimiliki orang yang shalih. [HR. Ahmad].
Hadits di atas dalam versi lengkapnya adalah jawaban Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap pernyataan sahabat yang seolah-olah tak berhasrat pada harta,
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ حَدَّثَنِى أَبِى حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ عَلِىٍّ عَنْ أَبِيهِ قَالَ سَمِعْتُ عَمْرَو بْنَ الْعَاصِ يَقُولُ بَعَثَ إِلَىَّ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ « خُذْ عَلَيْكَ ثِيَابَكَ وَسِلاَحَكَ ثُمَّ ائْتِنِى ». فَأَتَيْتُهُ وَهُوَ يَتَوَضَّأُ فَصَعَّدَ فِىَّ النَّظَرَ ثُمَّ طَأْطَأَهُ فَقَالَ « إِنِّى أُرِيدُ أَنْ أَبْعَثَكَ عَلَى جَيْشٍ فَيُسَلِّمَكَ اللَّهُ وَيُغْنِمَكَ وَأَرْغَبُ لَكَ مِنَ الْمَالِ رَغْبَةً صَالِحَةً ». قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا أَسْلَمْتُ مِنْ أَجْلِ الْمَالِ وَلَكِنِّى أَسْلَمْتُ رَغْبَةً فِى الإِسْلاَمِ وَأَنْ أَكُونَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-. فَقَالَ « يَا عَمْرُو نِعْمَ الْمَالُ الصَّالِحُ لِلْمَرْءِ الصَّالِحِ »
Telah menceritakan kepada kami Abdurrahman Telah menceritakan kepada kami Musa bin Ali dari Bapaknya ia berkata, saya mendengar Amru bin Ash berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengutus seseorang kepadaku agar mengatakan, “Bawalah pakaian dan senjatamu, kemudian temuilah aku.”
Maka aku pun datang menemui beliau, sementara beliau sedang berwudlu.
Beliau kemudian memandangiku dengan serius dan mengangguk-anggukkan kepalanya. Beliau lalu bersabda, “Aku ingin mengutusmu berperang bersama sepasukan prajurit. Semoga Allah menyelamatkanmu, memberikan ghanimah dan aku berharap engkau mendapat harta yang baik.”
Saya berkata, “Wahai Rasulullah, saya tidaklah memeluk Islam lantaran ingin mendapatkan harta, akan tetapi saya memeluk Islam karena kecintaanku terhadap Islam dan berharap bisa bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.”
Maka beliau bersabda, “Wahai Amru, sebaik-baik harta adalah harta yang dimiliki oleh hamba yang shalih.” [HR. Ahmad].
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ وَرُزِقَ كَفَافًا وَقَنَّعَهُ اللَّهُ بِمَا آتَاهُ
“Sungguh sangat beruntung orang yang telah masuk Islam, diberikan rizki yang cukup dan Allah menjadikannya qanaah (merasa puas) dengan apa yang diberikan kepadanya.” [HR. Muslim].
Nelayan bersampan ke muara
Penat berlabuh di dermaga
Tak mengapa menjadi kaya
Ringan tangan membantu sesama
Anak Dara membeli pepaya
Masam dan sedap buat perepat
Bertuah sungguh orang shalih nan Kaya
Bahagia dunia gembira di akhirat
Ust. Ardiansyah Ashri Husein, Lc., M.A
0 Comments