Adab dan Etika Pergaulan di Tempat Kerja

Pendahuluan
Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh. Ia tidak hanya mengatur ibadah ritual, tetapi juga mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk etika pergaulan di dunia kerja. Tempat kerja bukanlah ruang bebas nilai, melainkan medan ujian kejujuran, amanah, dan penjagaan diri. Di sanalah seorang muslim diuji, bukan hanya pada kualitas kinerja, tetapi juga pada kualitas akhlaknya.
Dalam realitas modern, dunia kerja sering mempertemukan lelaki dan perempuan non-mahram dalam satu ruang, satu tim, bahkan satu proyek. Islam tidak menutup pintu kerja sama tersebut, namun memberikan rambu-rambu yang tegas agar interaksi tetap berada dalam koridor ketakwaan, menjaga kehormatan, dan menutup pintu-pintu fitnah. Batasan ini bukan untuk menyulitkan, tetapi untuk melindungi agama, martabat, dan ketenangan jiwa.
Tujuan Syariat dalam Mengatur Pergaulan
Seluruh hukum Islam bertujuan menjaga lima pokok utama kehidupan manusia: agama, jiwa, akal, kehormatan, dan harta. Aturan pergaulan antara lelaki dan perempuan non-mahram secara khusus bertujuan menjaga kehormatan dan akhlak. Karena itu, Islam tidak menunggu terjadinya dosa besar, tetapi menutup semua jalan yang mengarah kepadanya.
Al-Qur’an melarang bukan hanya zina, tetapi juga segala bentuk pendekatan ke arahnya. Pandangan yang tidak terjaga, obrolan yang berlebihan, candaan yang melembutkan hati, khalwat, serta kedekatan emosional tanpa keperluan syar’i adalah pintu-pintu fitnah yang sering terbuka justru di lingkungan kerja.
Bekerja sebagai Amanah dan Ibadah
Dalam Islam, bekerja adalah ibadah jika diniatkan karena Allah dan dilakukan sesuai aturan-Nya. Namun niat yang baik tidak cukup tanpa cara yang benar. Profesionalisme tidak bisa dijadikan alasan untuk melanggar batas syariat.
Allah tidak hanya menilai hasil kerja, tetapi juga prosesnya: bagaimana cara berbicara, berinteraksi, menjaga pandangan, dan menjaga hati. Profesionalisme dalam Islam selalu berjalan seiring dengan kesucian akhlak.
Prinsip Dasar Interaksi Lelaki dan Perempuan Non-Mahram
- Menjaga Pandangan
Menjaga pandangan adalah benteng pertama dari fitnah. Pandangan yang dibiarkan sering berkembang menjadi ketertarikan, lalu kedekatan emosional, dan akhirnya pelanggaran yang lebih besar. Karena itu, baik lelaki maupun perempuan sama-sama dibebani kewajiban menundukkan pandangan.
Allah ﷻ berfirman:
قُل لِّلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ
“Katakanlah kepada orang-orang mukmin agar mereka menundukkan pandangan dan menjaga kemaluannya.” (QS. An-Nur: 30)
Kemudian Allah melanjutkan:
وَقُل لِّلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ
“Dan katakanlah kepada perempuan-perempuan mukmin agar mereka menundukkan pandangannya.” (QS. An-Nur: 31)
Ayat ini menunjukkan bahwa:
- Tanggung jawab menjaga pandangan ada pada lelaki dan perempuan
- Interaksi kerja tidak membolehkan tatapan bebas
- Pandangan adalah pintu pertama masuknya fitnah ke hati
Rasulullah ﷺ bersabda,
النَّظَرُ سَهْمٌ مَسْمُومٌ مِنْ سِهَامِ إِبْلِيسَ
“Pandangan (haram) adalah panah beracun dari panah-panah Iblis.” (HR. Al-Hakim)
Di tempat kerja, pandangan yang dibiarkan sering berubah menjadi:
- Ketertarikan
- Kedekatan emosional
- Percakapan pribadi
- Hingga pelanggaran yang lebih besar
- Menjaga Cara Berbicara
Islam membolehkan komunikasi antara lelaki dan perempuan jika ada kebutuhan yang jelas. Namun cara berbicara harus tegas, profesional, dan tidak dilembutkan. Nada suara, intonasi, candaan, dan gaya komunikasi memiliki dampak besar terhadap hati.
Pembicaraan di tempat kerja harus sebatas urusan kerja, bukan curhat pribadi, rayuan halus, atau komunikasi emosional yang membuka pintu fitnah.
Allah ﷻ berfirman kepada istri-istri Nabi ﷺ (dan ini berlaku sebagai pelajaran bagi seluruh wanita muslimah):
فَلَا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَض
“Maka janganlah kalian melembutkan suara dalam berbicara, sehingga orang yang ada penyakit di hatinya menjadi berkeinginan.” (QS. Al-Ahzab: 32)
Ini menunjukkan bahwa:
- Suara, intonasi, dan gaya bicara punya dampak besar
- Candaan, rayuan, dan komunikasi emosional tidak dibenarkan
- Pembicaraan harus sebatas kebutuhan kerja
- Menjaga Hati
Islam sangat menaruh perhatian pada hati, karena seluruh perilaku bermula darinya. Banyak pelanggaran tidak diawali niat buruk, tetapi dimulai dari kebiasaan bercanda, obrolan ringan, atau rasa nyaman yang dibiarkan tumbuh. Islam memutus rantai ini sejak awal.
Rasulullah ﷺ bersabda,
أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً… إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ
“Ketahuilah, dalam tubuh ada segumpal daging. Jika ia baik, maka seluruh tubuh akan baik.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Banyak pelanggaran pergaulan di tempat kerja tidak diawali niat buruk, tetapi:
- Dari obrolan ringan
- Dari kebiasaan bercanda
- Dari empati berlebihan
- Dari merasa ‘nyaman’ dan ‘dipahami’
Islam memutus rantai ini sejak awal.
Wallahu a’lam
Ust. Ardiansyah Ashri Husein, Lc., M.A
Bersambung ke Bagian 2 ..


0 Comments