Adab dan Etika Pergaulan di Tempat Kerja (Bagian 2)

Batasan Praktis di Tempat Kerja
- Larangan Khalwat
Khalwat, yaitu berduaan antara lelaki dan perempuan non-mahram di tempat tertutup atau minim pengawasan, termasuk pelanggaran serius. Khalwat tidak hanya terjadi secara fisik, tetapi juga secara digital melalui chat pribadi intens tanpa keperluan.
Setan tidak selalu mengajak pada dosa besar secara langsung, tetapi menumbuhkan rasa nyaman, ketergantungan emosional, dan pembenaran diri.
Rasulullah ﷺ bersabda:
لَا يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ إِلَّا كَانَ الشَّيْطَانُ ثَالِثَهُمَا
“Tidaklah seorang lelaki berduaan dengan seorang perempuan (non-mahram), kecuali setan menjadi yang ketiganya.” (HR. Ahmad dan At-Tirmidzi).
Hadits ini bersifat umum, mencakup:
- Ruang kerja tertutup
- Ruang rapat kecil
- Kantor pribadi
- Mobil dinas
- Ruang virtual (chat pribadi intens tanpa keperluan)
Setan tidak selalu mengajak pada zina secara langsung, tetapi:
- Membuat obrolan menjadi personal
- Menumbuhkan rasa nyaman
- Menyemai ketergantungan emosional
- Hingga akhirnya terjadi pelanggaran yang lebih besar
Di sinilah Islam sangat preventif, bukan reaktif.
- Ikhtilath yang Terbatas
Islam tidak mengharamkan campur baur secara mutlak, tetapi mengaturnya. Ikhtilath dibolehkan jika ada kebutuhan nyata, tidak terjadi khalwat, menjaga pandangan, menjaga adab bicara, dan bebas dari unsur syahwat. Campur baur tanpa kebutuhan, disertai candaan dan keakraban emosional, adalah bentuk ikhtilath yang terlarang.
- Batasan Bercanda dan Berbicara
Obrolan di luar urusan kerja, candaan berlebihan, saling memuji fisik atau kepribadian, serta curhat masalah pribadi bukan bagian dari etika kerja Islami. Tidak semua yang dianggap “ringan” dan “biasa” adalah kebaikan di sisi Allah.
- Larangan Sentuhan Fisik
Islam melarang sentuhan fisik antara lelaki dan perempuan non-mahram, termasuk jabat tangan atau sentuhan ringan yang dianggap sopan. Etika profesional tidak menuntut sentuhan. Salam dan penghormatan dapat dilakukan dengan ucapan atau isyarat.
Rasulullah ﷺ bersabda,
لَأَنْ يُطْعَنَ فِي رَأْسِ أَحَدِكُمْ بِمِخْيَطٍ مِنْ حَدِيدٍ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَمَسَّ امْرَأَةً لَا تَحِلُّ لَهُ
“Ditusuk kepala seseorang dengan jarum besi lebih baik baginya daripada menyentuh perempuan yang tidak halal baginya.” (HR. Ath-Thabrani).
Dalam konteks kerja:
- Etika profesional tidak mengharuskan sentuhan
- Salam bisa diganti dengan anggukan, isyarat hormat, atau ucapan
- Menjaga prinsip ini adalah bentuk izzah (kemuliaan), bukan keterbelakangan
- Etika Komunikasi Digital
Salah satu fitnah terbesar zaman ini adalah komunikasi digital. Chat pribadi yang panjang tanpa keperluan, penuh muatan emosional, dan berisi curhat pribadi adalah bentuk khalwat hati dan lisan, meskipun tidak disadari.
- Sikap Preventif Individu Muslim di Tempat Kerja
Islam tidak hanya memberikan larangan, tetapi juga membentuk mental preventif agar seorang muslim mampu menjaga dirinya sebelum terjatuh dalam pelanggaran. Sikap preventif ini dimulai dari kesadaran iman.
Allah ﷻ berfirman,
وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا
“Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan jalan keluar baginya.”
(QS. Ath-Thalaq: 2)
Takwa di tempat kerja berarti:
- Sadar bahwa Allah selalu mengawasi
- Tidak meremehkan dosa kecil
- Menutup pintu fitnah sejak awal
Profesionalisme dalam Perspektif Islam
Profesionalisme menurut Islam bukanlah kebebasan tanpa batas, tetapi fokus pada tugas, menjaga amanah, efisien, dan menutup pintu fitnah. Menjaga adab pergaulan adalah bagian dari amanah kerja. Di sisi lain, institusi juga memiliki peran penting melalui pengaturan ruang kerja, sistem rapat yang aman, aturan etika tertulis, serta budaya kerja berbasis akhlak. Aturan ini bukan bentuk ketidakpercayaan, tetapi perlindungan bersama.
Penutup
Menjaga adab pergaulan di tempat kerja bukan tanda keterbelakangan, tetapi bentuk kemuliaan. Islam memuliakan lelaki dan perempuan dengan menjaga martabat, kehormatan, dan ketenangan jiwa.
Dunia kerja bagi seorang muslim adalah ladang akhirat. Di sanalah amanah diuji, akhlak ditampakkan, dan takwa dibuktikan. Semoga Allah menjadikan kita profesional tanpa melanggar syariat, produktif tanpa mengorbankan kehormatan, serta sukses di dunia dan selamat di akhirat.
Wallahu a’lam
Ust. Ardiansyah Ashri Husein, Lc., M.A



0 Comments