4 Ujian Orang Alim
Semakin tinggi pohon, semakin kuat angin menerpa. Begitu kira-kira pepatah Melayu. Semakin besar cita-cita, maka semakin besar pula ujiannya. Bahkan perjalanan mencapai surga juga tak sepi dari ujian. Allah ta’ala berfirman,
أَمْ حَسِبْتُمْ أَن تَدْخُلُوا۟ ٱلْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُم مَّثَلُ ٱلَّذِينَ خَلَوْا۟ مِن قَبْلِكُم ۖ مَّسَّتْهُمُ ٱلْبَأْسَآءُ وَٱلضَّرَّآءُ وَزُلْزِلُوا۟ حَتَّىٰ يَقُولَ ٱلرَّسُولُ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مَعَهُۥ مَتَىٰ نَصْرُ ٱللَّهِ ۗ أَلَآ إِنَّ نَصْرَ ٱللَّهِ قَرِيبٌ
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” [QS. Al-Baqarah: 214].
Saat menjelaskan tentang ujian hidup, Syaikh Burhanuddin Az-Zarnuji rahimahullah berkata,
خَزَائِنُ اْلمُنَى عَلىَ قَنَاطِيْرِ اْلمِحَنِ
“Perbendaharaan cita-cita itu terletak pada banyaknya ujian.”
Orang alim juga termasuk akan berhadapan dengan ujian. Syaikh Mu’min bin Hasan bin Mu’min, dalam kitabnya Nur al-Absar fi Manaqib ahl Bayt an-Nabi al-Mukhtar 1/372, mengutip ungkapan Syaikh Abu al-Hasan Asy-Syadzili rahimahullahu pendiri tarekat Syadziliyah,
لَا يَكمُلُ عَالِمٌ فِي مَقَامِ العِلمِ حَتَّى يُبْتَلَى بِأَربَعٍ : شَمَاتَةِ الأعْدَاءِ وَمَلاَمَةِ الأصدِقَاءِ وَطَعنِ الجُهَّالِ وَحَسَدِ العُلَمَاءِ. فَإِنْ صَبَرَ عَلَى ذَالِكَ جَعَلَ اللهُ تَعَالَى إمَامًا يُقْتَدَى بِهِ
“Orang Alim tidak akan sampai pada puncak keilmuan, sebelum diuji oleh Allah ta’ala dengan empat perkara:
Namun jika ia bersabar menghadapi keempat ujian di atas, maka baiklah kesudahannya,
فإن صبر على ذلك صار إمام مقتدت به
“Jika ia tetap bersabar menghadapi empat hal tersebut, ia akan menjadi ulama panutan yang diikuti orang banyak”.
Wallahu a’lam
Ust. Ardiansyah Ashri Husein, Lc., M.A
0 Comments